Minggu, 01 Juli 2012

Bobroknya rasa malu bangsa kita


Bobroknya rasa malu bangsa kita
Created by :
Nur Amanah
Berbicara mengenai rasa malu, mungkin memiliki dua persepsi tentang hal terebut, malu kepada kebaikan dan malu kepada keburukan. Memiliki rasa  malu akan membawa kita kepada kebaikan, memiliki rasa malu akan mencegah kita dari kejahatan, yang paling utama adalah  dengan rasa malu akan menjaga kesucian diri kita, itulah rasa malu kepada kebaikan. Lalu bagaimana rasa malu kepada keburukan? Sebagai contoh ketika seseorang malu untuk melakukan kebaikan, malu untuk berbuat hal – hal yang bermanfaat dan lain sebagainya, justru malu dalam hal seperti ini dan berlebih – lebihan  merupakan kelemahan bagi diri kita, malu tidak pada tempatnya membuat hidup kita tidak akan maju dan sukses. Seorang ulama berkata “ malu bukan pada tempatnya adalah kelemahan “.maka malu dalam hal seperti ini merupakan akhlak  yang tercela karena malu bukan pada tempatnya.  Jika kita melihat pada bangsa kita, apakah mereka memiliki rasa malu kepada kebaikan, ataukah sebaliknya  cenderung kepada keburukan???.
Dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh imam bukhari
عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
[رواه البخاري ]
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshari Al Badri radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di antara ucapan kenabian yang pertama kali ditemui manusia adalah jika engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah semaumu.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits Arba’in yang ke 20 ini, yang dimaksud dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya di antara ucapan kenabian yang pertama kali ditemui manusia adalah jika engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah semaumu.” Yakni, di antara peninggalan para nabi terdahulu yang terdapat pada umat sebelum ini yang telah dilegalisasi oleh syari’at ini: “Jika engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah semaumu.” Yakni, jika kamu tidak mengerjakan perbuatan yang memalukan, maka berbuatlah apa yang engkau mau. Ini adalah salah satu dari dua pandangan. Maksudnya adalah, maka ia mengerjakannya. Menurut pandangan yang kedua, bahwa maknanya adalah jika seseorang tidak merasa malu, ia bisa berbuat apapun yang ia mau dan tidak lagi peduli. Masing-masing dari kedua makna tersebut benar.
 Jadi bahwa rasa malu memiliki peranan yang sangat penting bagi diri kita, karena jika rasa malu kita sudah mulai luntur dan hilang dalam sabda nabi di katakana bahwa “jika tidak malu berbuatlah semaumu”. Kita berbuat sesuka kita, menuruti nafsu kita tanpa memandang baik atau buruknya. Jika di ibaratkan oleh sebuah mobil, apabila mobil tersebut tidak memiliki rem sebagai penahannya, apa yang terjadi ??  yang pasti mobil tersebut akan mengalami kejadian – kejadian yang tidak di inginkan, entah itu menabrak orang, pohon, rumah, gedung, dll. Begitupun dalam diri kita, malu adalah sebagai pengerem bagi diri kita. Ketika kita ingin melakukan perbuatan maksiat dan perbuatan yang tidak baik, jika ada rasa malu di dalam dirinya insya allah, allah akan melindungi kita dari perbuatan tersebut. Jika kita lihat pada realita yang ada terhadap bangsa kita apakah mereka masih memiliki rasa malu atau malu – maluin ???  tetapi mayoritas dari mereka, justru mereka lebih bangga melakukan kemaksiatan, tanpa memandang halal atau haram, baik atau buruk, dan mudharat atau mashlahat. Dulu bangsa kita yang di kenal dengan karakter yang pemalu, sekarang  justru sebaliknya. Sebagai contoh di mana – mana kemaksiatan ada, entah di tempat khusus ataupun di tempat yang umum. Dulu Negara kita, ketika ingin melakukan kemaksiatan entah itu mencuri, merampok, melakukan sex dan sebagainya, mereka melakukannya secara sembunyi – sembunyi, biasanya di lakukan pada malam hari ketika orang – orang sedang tertidur lelap. Tetapi sekarang, jangankan pada waktu malam, pada siang hari saja masih ada yang mencuri misalnya maling jemuran. (hehehe). Dulu bangsa kita ketika pemerintah ingin melakukan korupsi, mereka melakukannya secara tersembunyi, dan dua atau tiga orang yang melakukannya, tapi sekarag justru mereka berlomb – lomba untuk mendapatkan uang haram. Naudzubillah…
Kemana rasa malu bangsa kita, justru mereka bangga dengan perbuatan maksiat. Yang paling utama adalah rasa malu bagi seorang wanita, karena wanita adalah tiangnya Negara, jika wanitanya baik maka negaranyapun insya allah baik. Apakah wanita di dalam bangsa ini masih memiliki rasa malu?   Dulu ketika sepasang kekasih ketika ingin berpacaran atau bermesraan, mereka lebih memilih di tempat yang sepi dan malu jika ada orang yang melihatnya. Tetapi sekarang, justru mereka bangga dengan perbuatan mereka seperti cipika – cipiki, berpegangan tangan, berpelukan di tempat umum dan sebagainya. Di mana rasa malu mereka? Apakah perbuatan  seperti itu sudah di anggap hal biasa bagi yang melihatnya? Padahal di Ayat Alquran  melarang kita mendekati Zina, menarik untuk diperhatikan, mengapa Tuhan  menggunakan istilah: Wala taqrabu al-zina’ (Janganlah kalian mendekati zina) (QS al-Isra’/17:32)? Mengapa tidak dikatakan: “Jangan melakukan zina” (wa la taf’alu al-zina)? Tentu dengan mudah difahami bahwa mendekati saja tidak boleh, apalagi melakukannya. Tetapi perbuatan seperti itu sudah menjadi makanan sehari – hari bagi yang melakukannya.  Apakah ini membuktikan bahwa negara kita akan hancur??  Lalu di tambah lagi dengan pakaian seorang wanita yang tidak berpakaian menurut syariat islam, mereka lebih nyaman berpakaian yang mungkin tidak pantas kaum adam melihat auratnya, sehingga timbul perbuatan yang tidak di inginkan seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, dan sebagainya. Serta perilakunya senantiasa bersolek, pergi tanpa muhrim, bahkan bercampur baur kepada yang bukan muhrimnya tanpa ada keperluan yang di perbolehkan secara syar’i. jelas bahwa wanita seperti ini bukan berasal dari didikan al –quran atau islam, mereka mengganti rasa malu  dan ketaatan kepada allah dengan rasa tidak tahu malu, kemaksiatan, dan berbagai perbuatan keji. Dengan demikian, mereka telah membantu terealisasinya keinginan musuh allah untuk melakukan kemaksiatan. Berbeda dengan seorang wanita yng anggun dan shalihah, secara fitrah akan merasa malu ketika bertemu dan berbicara kepada seorang lelaki, akan tetapi karena kesucian dan keistiqomahannya ia tidak gugup. Ia berbicar dengan jelas dan sebatas keperluan. Insya allah jika mayoritas wanita Indonesia seperti itu, maka Negara kita pasti baik.
Maka dari itu tugas seoarang pendidik berkewajiban untuk menanamkan rasa malu secara sungguh – sungguh  kepada anaknya. Untuk itu sebagai orang tua harus menggunakan berbagai metode pendidikan yang baik seperti : mengawasi perilaku anak – anak, memilih buku – buku yang bermanfaat dan islami, menjauhkan diri dari berbagai tontonan yang merusak, dan menjauhkan dari omongan yang tidak baik. Ingat bahwa rasa malu adalah sumber kebaikan dalam sebuah hadits di katakan “Rasa malu tidak mendatangkan selain kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim) dan  rasa malu merupakan salah satu cabang dari iman dan indikator nilai keimanan seseorang.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melewati seorang Anshar yang sedang menasihati saudaranya tentang rasa malu, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Biarkanlah ia memiliki rasa malu karena malu itu termasuk dalam keimanan.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, “semakin tebal rasa malu yang di miliki, maka semakin banyak kebaikannya, dan semakin sedikit rasa malu yang di miliki, maka akan semakin sedikit kebaikannya”.  Maka barang siapa yang memiliki rasa malu, hingga dapat mengendalikan diri dari perbuatan buruk, berarti ia telah menjaga kesucian dirinya.
Allahu ‘alam bishowab.

Kamis, 21 Juni 2012

NASIHAT UNTUK WANITA


Sesungguhnya Al Islam menerima kebenaran dan menolak kebatilan tanpa melihat loyalitas dan permusuhan. Ibnul Qayyim berkata,”Barang siapa yang mendapat hidayah dari Allah untuk menerima kebenaran bagaimanapun jenisnya dan dengan siapa kebenaran itu, walaupun ia bersama orang yang dibenci dan dimusuhinya, walaupun juga kebatilan itu bersama orang yang dia cintai, maka dia termasuk orang yang mendapat hidayah untuk mengetahui kebenaran yang diperselisihkan. Allah berfirman: “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sautu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”(Al Maidah:8)
Wassalamualaikum Wr Wb
SUNGGUH sangat beruntung bagi wanita shalihah di dunia ini. Ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Kalau pun ia wafat, maka Allah akan menjadikannya bidadari di akhirat nanti. Oleh karena itu, para pemuda jangan sampai salah memilih pasangan hidup. Pilihlah wanita shalihah untuk dijadikan istri dan pendamping hidup setia.

Siti Khadijah r.a. adalah figur seorang istri shalihah yang menjadi penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang dan beribadah kepada Allah SWT. Beliau telah berkorban dengan harta, kedudukan, dan diri beliau demi membela perjuangan Rasulullah Saw. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah r.a., hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasul walau beliau sendiri sudah meninggal.

Allah berfirman dalam QS. An Nuur ayat 30-31, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara farji (kemaluan) - nya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara farji- nya dan janganlah mereka menampakkan perhiasan kecuali yang biasa nampak dari padanya.


Rasulullah Saw. bersabda : Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.
(HR. Muslim).

Ciri khas seorang wanita shalihah adalah ia mampu menjaga pandangannya. Ciri lainnya, dia senantiasa taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah memperbanyak dzikir kepada Allah di mana pun berada. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al Quran. Jika seorang muslimah menghiasi dirinya dengan perilaku takwa, akan terpancar cahaya keshalihahan dari dirinya.

Wanita shalihah tidak mau kekayaan termahalnya berupa iman akan rontok. Dia juga sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan sesuatu kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya justru bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).

Wanita shalihah itu murah senyum, karena senyum sendiri adalah shadaqah. Namun, tentu saja senyumnya proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Intinya, senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Bisa dibayangkan jika kaum wanita kerja keras berlatih senyum manis semata untuk meluluhkan hati laki-laki.

Wanita shalihah juga harus pintar dalam bergaul dengan siapapun. Dengan pergaulan itu ilmunya akan terus bertambah, sebab ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik sehingga hal itu berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain. Pendek kata, hubungan kemanusiaan dan taqarrub kepada Allah dilakukan dengan sebaik mungkin.

Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah dari kemampuannya memelihara rasa malu.
Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya akan selalu terkontrol. Tidak akan ia berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al Quran dan As Sunnah. Dan tentu saja godaan setan bagi dirinya akan sangat kuat. Jika ia tidak mampu melawan godaan tersebut, maka bisa jadi kualitas imannya berkurang. Semakin kurang iman seseorang, maka makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, maka makin buruk kualitas akhlaknya.

Pada prinsipnya, wanita shalihah itu adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari beraneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai . Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.

Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia polos tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukan hati tiap-tiap orang di sekitarnya. Karena ia yakin betul bahwa Allah tidak akan pernah meleset memberikan karunia kepada hamba-Nya. Makin ia menjaga kehormatan diri dan keluarganya, maka Allah akan memberikan karunia terbaik baginya di dunia dan di akhirat.

Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka banyak-banyaklah belajar dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. Seperti Siti Aisyah yang terkenal dengan kecerdasannya dalam berbagai bidang ilmu. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau adalah seorang istri yang bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.

Bisa jadi wanita shalihah itu muncul dari sebab keturunan. Bila kita melihat seorang pelajar yang baik akhlaknya dan tutur katanya senantiasa sopan, maka dalam bayangan kita tergambar diri seorang ibu yang telah mendidik dan membimbing anaknya menjadi manusia yang berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses yang memakan waktu.
Disini faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan dan lain-lain. Apa yang nampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi.

Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan yang Allah pimpinkan. Dan aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja berlaku bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri yang berumah tangga. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya. Usahakanlah kita mampu memberikan warna yang baik bagi orang lain, bukan sebaliknya malah kita yang diwarnai oleh pengaruh buruk orang lain.

Jika para wanita muda mampu menjaga diri dan memelihara akhlaknya, maka iman kaum laki-laki akan semakin kuat. Cahaya keshalihahan wanita mukminah akan menjadi penyejuk sekaligus peneguh hati orang-orang beriman. Apalagi bagi kaum muda yang sangat rentan dari godaan syahwat. Mereka harus dibantu dalam melawan godaan-godaan.

Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga dan bahkan negara. Kita pernah mendengar, bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka bisa dibayangkan, berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Dalam sebuah keterangan diyatakan bahwa bejatnya akhlak wanita bisa menyebabkan hancurnya sebuah negara. Bukankah wanita itu adalah negara? Bayangkanlah, jika tiang-tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah, sehingga tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.

Jadi kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita. Wallahualam